Peternakan Domba Garut "Toekang Domba"

Salam Peternak Indonesia!
"Toekang Domba" adalah nama peternakan khusus Domba Garut yang kami kelola untuk pembibitan domba garut unggul. Peternakan Domba Garut "Toekang Domba" adalah langkah kecil kami dalam upaya turut melestarikan ternak asli Indonesia khususnya Domba Garut. Peternakan "Toekang Domba" berlokasi di daerah Soreang sebelah selatan kota Bandung yang merupakan daerah yang nyaman dan sejuk dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan laut.



Rabu, 12 Agustus 2009

Domba Garut dalam Telaahan Ilmiah

Domba Garut dalam Telaahan Ilmiah
Dalam upaya memanfaatkan dan melestarikan sumber daya genetik
ternak lokal, domba Priangan atau lebih dikenal sebagai domba Garut
telah lama dibudidayakan oleh masyarakat di Jawa Barat.
Sejalan dengan makin digemarinya ternak ini oleh masyarakat,
Balai Penelitian Ternak melakukan penelitian untuk
meningkatkan manfaat domba Garut
sebagai sumber daging.


Merkens dan Soemirat dalam artikel yang berjudul “Sumbangan Pengetahuan tentang Peternakan Domba di Indonesia” yang dimuat dalam buku Domba dan Kambing, mengemukakan pada tahun 1864 Pemerintah Hindia Belanda memasukkan beberapaMerkens dan Soemirat dalam artikel yang berjudul “Sumbangan Pengetahuan tentang Peternakan Domba di Indonesia” yang dimuat dalam buku Domba dan Kambing, mengemukakan pada tahun 1864 Pemerintah Hindia Belanda memasukkan beberapa ekor domba Merino. Pada tahun 1869 domba tersebut di bawa ke Kabupaten Garut, dan secara bertahap disebarkan ke beberapa penggemar domba. Domba Merino juga disebarkan ke daerah lain, seperti Sumedang dan Bandung. Dalam perjalanannya, terjadi persilangan yang berlangsung terus menerus antara domba Merino dan domba lokal dari daerah Cibuluh dan Wanaraja Kabupaten Garut, dan domba Kapstaad. Persilangan tanpa rencana dan tanpa arah ini menghasilkan satu sumber daya genetik domba yang khas, yaitu memiliki kombinasi telinga rumpung (rudimenter) dengan ukuran lebih
kecil dari 4 cm atau menyerupai bentuk daun kacang gude dengan ukuran 4-8 cm. Domba ini berekor seperti ekor tikus atau ekor babi hutan dengan warna wol dominan hitam pada bagian muka. Domba Garut pada awalnya bersifat agresif sehingga pada tahun 1905-1970 berkembang
menjadi domba adu dan terkenal dengan adu domba. Istilah adu domba ini kemudian diperhalus
menjadi ketangkasan domba, yang kriterianya selain kuat untuk diadu, domba juga mempunyai postur, warna, dan corak bulu yang indah. Domba Garut yang kita temukan dewasa ini umumnya dikenal sebagai domba tangkas yang juga sebagai domba pedaging. Perkembangan informasi terkini dapat diperoleh dengan mengunjungi www.dombagarut.com. Domba Garut merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang mendapat perhatian Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI). Dalam upaya pengembangan ternak domba, pada tahun 1984-1994, Balai Penelitian Ternak bekerja sama dengan Small Ruminant Collaborative Research System Program melakukan penelitian domba lokal ekor tipis, termasuk domba Garut. Penelitian pada domba Garut masih berlanjut sampai sekarang. Dalam artikel ini dikemukakan hasil telaahan ilmiah domba Garut yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan domba tersebut. Domba Garut jantan dewasa memiliki bobot badan rata-rata 57,7 kg dan untuk betina dewasa 36,9 kg, dengan warna bulu dominan kombinasi hitam dan putih. Jumlah anak per kelahiran rata-rata 1,9 ekor dengan bobot lahir 4,7 kg, daya hidup 78,5%, dan bobot sapih 17,1 kg. Untuk mempertahankan jumlah anak yang dapat bertahan hidup, aspek tingkah laku beranak perlu diperhatikan. Tingkah laku beranak merupakan serangkaian kejadian yang saling berhubungan dan meliputi tiga tahap yaitu sebelum beranak, saat beranak, dan setelah beranak. Tingkah laku umum yang terlihat pada domba menjelang beranak antara lain adalah peningkatan keinginan untuk beristirahat (berdiri dan berbaring), memisahkan diri (seclusion), dan vokalisasi. Selain itu, induk yang akan beranak juga menunjukkan tingkah laku berjalan berkeliling membentuk lingkaran kecil, mengais-ngais, telinga rumpung (rudimenter) durinasi,
nyengir (flehmen), dan menjilati diri sendiri. Frekuensi kejadian tingkah laku beranak domba Garut induk sebelum beranak setiap 30 menit yaitu berdiri rata-rata 8,2 kali, berbaring 7,6 kali, jalan berkeliling 10,3 kali, vokalisasi 39 kali, urinasi 1,9 kali, nyengir 22,9 kali, dan mengaisngais 15 kali. Sebaran saat beranak dalam satu hari adalah 25% pada pukul 06.00-12.00, 21,8% pada pukul 12.00-18.00, 28,2% pada pukul 18.00-24.00, dan 25% pukul 24.00-06.00. Domba Garut dapat beranak kapan saja, sesuai dengan saat dorongan persalinan. Lama beranak untuk kelahiran anak pertama adalah 16,6 menit, anak kedua 7,4 menit, dan anak ketiga 2 menit. Tingkah laku ini perlu diperhatikan peternak untuk mengantisipasi dan mempersiapkan kelahiran yang normal, serta keselamatan anak yang dilahirkan. Tingkah laku selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah posisi dan saat beranak. Induk yang beranak dengan posisi berdiri mencapai 37,5% dan dengan posisi berbaring 62,5%. Setelah anak lahir, induk biasanya menjilati anaknya selama 16,4 detik, kemudian membiarkan anaknya berusaha untuk berdiri sendiri dan menyusu. Dari pengamatan, anak dapat langsung berdiri setelah 23,2 menit dan membutuhkan waktu 48,6 menit untuk berhasil menyusu pada induknya. Anak domba yang baru lahir memiliki bobot relatif sama, yakni untuk kelahiran tunggal 2,8 kg, kelahiran kembar dua 2,5 kg, kembar tiga 2,6 kg, dan kembar empat 1,6 kg/ekor. Potensi sumber daya genetik domba Garut secara biologis seperti yang telah diuraikan dapat memberikan informasi dasar dan wawasan kepada para pemulia dalam upaya meningkatkan produktivitas melalui seleksi dan atau persilangan dengan domba-domba unggul, seperti domba St. Croix dari Amerika Serikat atau domba Moulton Charollais dari Perancis (Bess Tiesnamurti).
Untuk informasi lebih lanjut
hubungi:
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan
Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59
Bogor 16143
Telepon : (0251) 8322185
Faksimile : (0251) 8328382
E-mail : criansci@indo.net.id

Sumber : http://www.pustaka-deptan.go.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar