Peternakan Domba Garut "Toekang Domba"

Salam Peternak Indonesia!
"Toekang Domba" adalah nama peternakan khusus Domba Garut yang kami kelola untuk pembibitan domba garut unggul. Peternakan Domba Garut "Toekang Domba" adalah langkah kecil kami dalam upaya turut melestarikan ternak asli Indonesia khususnya Domba Garut. Peternakan "Toekang Domba" berlokasi di daerah Soreang sebelah selatan kota Bandung yang merupakan daerah yang nyaman dan sejuk dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan laut.



Senin, 28 Desember 2009

Peternakan Berpotensi Atasi Kemiskinan

Sektor peternakan berpotensi besar mengatasi pengangguran dan kemiskinan, kata pengamat peternakan Muladno, di Bogor, Selasa (15/12). "Sektor peternakan sangat prospektif dalam mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan," tegas Muladno yang juga Guru Besar Fakultas Peternakan IPB. Muladno menjadi pembedah buku dengan judul Dinamika Daya Saing Peternakan, karya Arief Daryanto. Pembedah lain yang dihadirkan yaitu Ir Juan Permata Adoe MBA dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) pusat, dengan dimoderatori oleh peneliti INDEF, Aviliani.


Lebih lanjut Prof Muladno mengemukakan, sektor peternakan juga berpotensi besar sebagai penggerak ekonomi pedesaan. "Produk peternakan sangat mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menyuburkan tanah pertanian," tegas dia. Menurut Muladno, sektor peternakan dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif Indonesia. Apalagi ke depan banyak negara di Asia akan mengalami kesulitan meningkatkan produksi peternakannya karena kendala air dan lahan kecuali Indonesia. "Kendala dan kesulitan yang akan dihadapi kebanyakan negara di Asia merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan peternakan dan menjadikannya sebagai sumber devisa negara," paparnya. Muladno memastikan bahwa sebuah negara tidak akan pernah kaya bila miskin ternak. Sebaliknya negara yang kaya ternak tidak akan pernah miskin.

sumber :
http://www.mediaindonesia.com

Rabu, 02 Desember 2009

Domba Garut Lulus Sertifikasi FAO

Bandung, Kominfo Newsroom -- Sebanyak 2.500 ekor domba Garut telah mendapatkan sertifikat dari organisasi tanaman dan pangan dunia atau FAO, dan tak hanya itu saja, domba-domba tersebut juga diberi akta kelahirannya untuk menghindari pengakuan dari negara lain terhadap hewan sejenis.

''Domba yang mendapat sertifikat adalah domba khas Garut. Domba garut itu berasal dari 23 daerah yang mengikuti lomba ketangkasan domba beberapa waktu lalu,'' kata Sekertaris Jenderal Himpunan Peternak Domba dan Kambing (HPDKI) Jawa Barat, Dodi Suhadi.

Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, domba Garut harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya yaitu bentuk tanduk, kesehatan, teknik bertanding, pukulan dan ketangkasan. ''Yang memenuhi kriteria saja yang diberi serifikat, jadi cukup ketat persyaratannya,'' kata Dodi.

Beberapa negara, disebutnya, selalu membeli domba Garut, diantaranya Malaysia, Arab Saudi, dan Brunei. Ini dmenunjukkan negara tersebut telah percaya akan kualitas domba asli garut tersebut. Bahkan, ada beberapa importir yang mengatakan kualitas domba garut yang paling jempolan di Indonesia.

Populasi domba Garut saat ini di Indonesia mencapai sekitar 4,8 Juta ekor yang keberadaannya tersebar di beberapa daerah di Indonesia, sedangkan populasi domba Garut di Jawa Barat berjumlah sekitar 7.800 ekor. (jabarprov.go.id/toeb)

Heryawan Mewujudkan Jabar Sebagai Provinsi Produsen Domba

Hampir lima tahun ini, Provinsi Jawa Barat nyaris tidak tampak sebagai provinsi produsen domba. Perlu diakui, di era orde baru, terdapat ikon domba Garut yang mampu mendongkrak nama Jawa Barat di mata nasional, bahkan Asia. Saat itu, nama domba Garut sangat melekat di telinga bangsa Indonesia.

Tidak lama lagi, kebanggaan Provinsi Jabar sebagai daerah produsen domba akan kembali terjadi. Melihat kondisi demikian, Gubernur Jabar, H Ahmad Heryawan Lc, tidak bisa tinggal diam. Pengembangan domba Garut bukan salah satu dari janji kampanye Heryawan, saat kampanye pada pilgub Jabar 2008. Namun setelah menjadi gubernur Jabar, Heryawan tentu tidak bisa menutup mata terhadap potensi yang bisa dikembangkan di Jabar. Terlebih lagi, potensi tersebut akan bermuara pada nama baik Jabar dan kesejahteraan rakyatnya.

Memasuki tahun 2009, Heryawan mulai, menginventarisasi hambatan dalam mengembangkan sektor ternak domba. Salah satu kendalanya itu, yakni rendahnya keberpihakan pemerintah terhadap pengembangan domba.Selain itu, berkembang anggapan bahwa beternak domba bukan profesi yang menjanjikan.

Heryawan pun mengaku prihatin saat mendengar kabar tentang jumlah suntikan domba yang dibibitkan pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (BPPTD) Margawati Garut, yang hanya sekitar 500 ekor per tahun. Spontan ketika mendengar kabar itu, Heryawan langsung meminta Dinas Peternakan Jabar meningkatkan jumlah bantuan domba yang akan dikembangkan di UPTD BPPTD Margawati Garut.

Buktinya, memasuki tahun 2010, disiapkan 10 ribu ekor domba akan dibibitkan melalui pembinaan UPTD tersebut. Tidak hanya mengembang jumlah dombanya, melalui program tersebut, dipastikan akan membantu masalah daya beli warga. Betapa tidak, kegiatan pembibitan domba tersebut akan membuka lapangan pekerja baru.

Dengan menggelontorkan sekitar 10 ribu ekor domba, ditargetkan mampu membuka sedikitnya 1.000 tenaga kerja baru. Rencananya, dari 10 ribu ekor domba itu, akan digarap oleh 1.000 peternak baru. Artinya, masing-masing peternak akan mendapat jatah garapan 10 ekor domba. Melalui UPTD BPPTD, peternak itu akan dibimbing dan dibina dalam membudidayakan domba.

Hasil dari kegiatan pembibitan tersebut, tentu akan menjadi keuntungan bagi peternak domba dan pemerintah. Sharing profit yang akan diberlakukan oleh Pemprov Jabar, yakni 50-50 persen. Mengapa Pemprov Jabar harus mengambil keuntungan dari proyek pembibitan domba tersebut? Keuntungan itu, tentunya akan kembali dijadikan modal bagi peternak lainnya yang belum mendapat suntikan bantuan domba. Bila perlu, tegas Heryawan, Pemprov Jabar kembali mengalokasikan dana untuk pengadaan domba.

Agar sasaran dari program itu tercapai, maka kegiatannya akan mendapat pengawasan dan pendampingan yang ketat. Kami akan black list kalau sampai domba itu dijual,ucap Heryawan. Pihaknya sengaja mengirimkan sarjana peternakan sebagai tenaga ahli yang akan mendampingi peternak itu. Sarjana peternakan yang akan diterjunkan itu, telah disiapkan melalui program beasiswa kuliah yang didanai APBD Jabar. Kegiatan pendampingan itu sangat diperlukan.

Pasalnya, peternak akan mendapat pendampingan mengenai cara pemeliharaan, pengembangan (reporduksi), hingga pemasarannya. Perlu diakui, selama ini, peternak lokal di Jabar kerap menghadapi persoalan dari segi pemasarannya. Pemprov Jabar melalui organisasi perangkat daerah (OPD) terkaitnya, berkewajiban memediasi proses pemasaran domba tersebut.

Kasubag Perencanaan, Dinas Peternakan Jabar, Taufik Garsadi mengatakan, melalui instruksi gubernur tersebut, Disnak Jabar dan OPD terkait lainnya sudah menjalin komunikasi dengan sejumlah kelompok produsen domba. Bahkan, tutur dia, domba asal Jabar tersebut berpeluang mewarnai pasar ekspor, khususnya ke negaranegara di Timur Tengah. Heryawan menegaskan, melalui program tersebut, sedikitnya sektor peternakan domba bisa memberi kontribusi dalam mendongkrak indeks pembangunan manusia (IPM) Jabar.

Itu baru dari sektor peternakan domba saja, ujar Heryawan. Sasaran lainnya dari program-program pengembangan ekonomi pedesaan, yakni terciptanya kebanggaan dan budaya kewirausahaan pada masya rakat pedesaan. Bila dikaitkan dengan syariah Islam, Allah SWT memberikan 20 pintu rezeki bagi umatnya. Ternyata, hanya satu pintu rezeki yang diperuntukan bagi pe kerja formal. Sementara sisa nya yang 19 pintu, papar Heryawan, dibuka untuk pedagang.

Bergulirnya program pembibitan domba itu pun, merupakan tindak lanjut dari keprihatinan Heryawan terhadap jumlah pengusaha di Jabar yang masih sedikit. Dirinya cemburu dengan Singapura yang 7,5 persen warganya menjadi pengusaha. Padahal, cukup dengan 2,5 persen dari jumlah warga sebuah daerah menjadi pengusaha, maka daerah itu dipastikan akan sejahtera. Sementara di Jabar, tutur Heryawan, jumlah pengusahanya masih di bawah satu persen dari jumlah penduduknya.

Khusus pengembangan ekonomi rakyat pada kegiatan pembibitan domba, harus bermuara pada jumlah populasi domba di Jabar. Data dari Dinas Peternakan Jabar menunjukkan, jumlah populasi domba di Jabar masih berada pada angka 4,6 juta ekor. Sepanjang tahun 2010, jumlah tersebut akan dikembangkan hingga 6-7 juta ekor. Dengan demikian, janji Heryawan tentang perwujudan identitas Jabar sebagai provinsi pro dusen domba di tahun 2011, bisa tercapai.

Optimisme Heryawan itu, sempat disampaikan di depan pejabat Departemen Pertanian pada kegiatan pesta patok di Bogor, belum lama ini. Heryawan mengatakan, program tersebut ternyata menuai respon positif dari masyarakat. Pihaknya bersyukur dan berterima kasih kepada stakeholder terkait yang mendukung program tersebut.

Dirinya bercita-cita, gaga sannya itu, menjadi gerakan bersama. Heryawan pun mengajak Perum Perhutani dan PTPN dalam mengembangkan ketersediaan lahan untuk menyediakan pakan ternak, khususnya domba. Setelah program ini berhasil, tentu akan dilanjutkan dengan program lainnya yang lebih berpihak kepada masyarakat. kik.


Kabupaten / Kota:

Kab Bogor 223.729
Kab Sukabumi 463.806
Kab Cianjur 262.425
Kab Bandung 205.446
Kab Garut 561.320
Kab Ciamis 171.012
Kab Kuningan 118.030
Kab Cirebon 160.605
Kab Majalengka 228.102
Kab Sumedang 150.748
Kab Subang 214.894
Kab Purwakarta 527.219
Kab Karawang 860.602
Kab Bekasi 147.671
Kota Bogor 6.208
Kota Sukabumi 6.587
Kota Bandung 11.140
Kota Cirebon 5.818
Kota Bekasi 4.058
Kota Depok 7.792
Kota Cimahi 5.264
Kota Tasikmalaya 9.398
Kota Banjar 9.836
Kab Bandung Barat 333.078

Total se-Jabar: 4.694.788 Ekor

Domba ramah lingkungan

Ilmuwan Australia berharap bisa mengembang-biakkan domba yang bersendawa lebih sedikit guna membantu mengatasi perubahan iklim dunia. Para ilmuwan sedang melakukan identifikasi satu gen yang menyebabkan satu domba bersendawa lebih banyak dari domba lain ataupun sebaliknya. Sendawa bagi domba menjadi penyebab emisi yang lebih parah dibandingkan dengan kentut, demikian kata para ilmuwan tersebut. Sekitar 16 persen emisi gas rumah kaca Australia berasal dari pertanian, kata departemen perubahan iklim Australia.

Dewan Kerjasama Penelitian Domba Australia mengatakan 66 persen emisi pertanian dihasilkan oleh perut hewan ternak dalam bentuk methana.

”Sembilan puluh persen methana dari domba dan sapi diproduksi di perut besar dan kemudian disendawakan keluar,” kata John Goopy dari Departemen Industri dan Investasi negara bagian New South Wales.

”Tidak banyak yang keluar lewat belakang. Kudalah yang seperti itu.”

Ilmuwan di New South Wales melakukan penelitian untuk mengukur seberapa banyak gas dikeluarkan oleh domba dengan bersendawa.

Dari 200 domba yang mereka teliti diketemukan bahwa semakin banyak domba itu makan semakin banyak pula mereka bersendawa.

Namun ternyata tidak setiap domba sama.

Itulah sebabnya para ilmuwan ingin menemukan penyebab mengapa satu dan lain domba berbeda padahal mereka mengkonsumsi jumlah makanan yang sama.

Tujuan jangka panjangnya adalah untuk mengembang-biakkan domba yang memproduksi methana lebih sedikit. Gas methana berlipat-lipat lebih merusak ketimbang CO2.

”Harapan kami setelah menemukan variasi yang kami perlukan, populasi domba bisa didorong ke arah sana,” kata Roger Hegarty dari Dewan Kerjasama Penelitian Domba Australia.

Sumber: BBC