BANDUNG, (PRLM).- Kepala Dinas Peternakan Jabar, Kusmayadi Tatang Padmadinata mengakui, usaha agribisnis peternakan domba dan kambing masih menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya ketidaktersediaan industri perbibitan domba dan kambing yang dapat diandalkan.
“Padahal, upaya pembibitan sangat penting untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Selama ini, upaya pembibitan yang tidak kredibel telah menyebabkan kualitas genetik domba dan kambing semakin menurun. Perilaku peternak yang cenderung menjual domba dan kambing jantan berkualitas karena harganya relatif mahal, juga menjadi faktor penyebab kualitas domba dan kambing yang berada di kalangan peternak rendah,” ujar Kusmayadi, Jumat (22/5).
Jika hal ini dibiarkan, maka dalam jangka panjang, lanjut Kusmayadi, akan menyebabkan keturunan domba dan kambing generasi selanjutnya menjadi kurang baik, yang akhirnya menghilangkan kesempatan para peternak di Jabar untuk memperoleh manfaat ekonomi yang lebih baik
dari kegiatan usaha peternakannya.
Kusmayadi menambahkan, secara umum peternakan domba dan kambing ditinjau dari sudut ekonomi relatif telah menghidupkan perekonomian pedesaan, perluasan lapangan kerja dan usaha terutama di daerah-daerah basis populasi domba dan kambing. Peternakan domba/kambing di wilayah-wilayah yang masih memiliki lahan penggembalaan dapat dijadikan komoditas alternatif pengentasan kemiskinan, sehubungan dengan kemampuan reproduksi domba/kambing yang relatif cepat.
Sebagai contoh, berdasarkan data yang diperopleh "PRLM " dari situs Pemkab Garut, sektor industri pakaian jadi dari kulit domba dan kambing telah menyerap sekitar 2.132 tenaga kerja. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut mencatat jumlah produksi per tahun jaket kulit Mulus sekitar 38.700 potong dan jaket kulit sambung sebanyak 193.500 potong. Permintaan jaket kulit ini berasal dari daerah di luar Kabupaten Garut, seperti dari Bandung, Jakarta atau beberapa kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera. (A-133/A-147)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com